Kerokan dan Masuk Angin

August 19, 2010 by  

Artikel ini ada pada kategori Pengadaan - Curhat PNS online

Beberapa hari kemarin saya dengan istri sempat “berantem” gara-gara saya agak kesal kepada istri karena melihat anak sulung yang dipaksa oleh ibunya untuk dikerok. Saya kurang setuju bila anak kecil (7 tahun) sudah dikerik-kerok karena yang namanya dikerok itu pasti sakit nya minta ampun tuh, seperti di lecet-lecet-in kulit ini, begitu pula anak saya ketika di kerok dia berteriak-teriak kesakitan dan “merejel-merejel” karena manahan sakit.

Akhirnya saya mencari referensi di internet dengan kata kunci kerokan dan masuk angin, dari beberapa sumber diperoleh informasi bahwa memang kurang baik bila anak kecil diberi terapi kerokan, karena kulitnya masih tipis dan pembuluh darahnya juga masih kecil… jadi tolong yah ibu-ibu sekalian anak kecil jangan dikerok pakai koin 🙂

Kemudian harus hati-hati juga; tidak semua orang senang dikerok karena dikerok itu bisa menimbulkan rasa sakit/perih, dan kadar daya tahan menahan rasa sakit dari setiap orang itu berbeda beda, dan tentunya kadar daya tahan kesakitan dari anak kecil masih rendah, sehingga akan sangat menyakitkan bila anak kecil harus dikerok. Dampaknya bisa ke efek psikologis karena adanya pemaksaan pengerokan yang berakibat menyakitkan.

Kemudian dari beberapa artikel yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa proses pengerokan itu sebenarnya bukanlah proses pengeluaran angin melalui hasil kerokan, tetapi hanya sekedar stimulus kepada otak untuk mengeluarkan hormor-hormon yang dapat memerangi penyakit yang gejala-gejala awalnya sering disebut dengan masuk angin. Begitu katanya, untuk lebih lengkapnya berikut adalah kumpulan tulisan yang saya peroleh dati internet tentang masuk angin dan kerok mengerok 🙂

Istilah masuk angin, sebenarnya tidak berarti bahwa angin benar-benar masuk ke dalam tubuh. Sesungguhnya, tiupan angin menyebabkan suhu tubuh menurun. Karena bagian belakang terkena angin, temperatur tubuh turun. Lalu, muncul gejala masuk angin seperti pusing, meriang, atau pegal-pegal tadi.

Peristiwa ini berbeda dengan pengaruh hawa dingin yang mengenai seluruh tubuh, baik bagian belakang maupun depan. Jadi, saat suhu udara turun, temperatur seluruh badan ikut turun. Sementara, paparan angin umumnya cuma mengenai salah satu sisi badan sehingga bagian itu saja yang turun suhunya. Wajar kalau orang lantas menyebutnya masuk angin.

Masuk angin akut lebih mudah dikenali karena biasanya berujung pada gejala flu seperti bersin-bersin dan pilek. Bila masuk angin tidak disadari dan berlangsung terus-menerus, bisa menimbulkan rasa sakit kronis. Paling sering terjadi adalah nyeri leher dan pundak gara-gara AC.

Masuk angin juga bisa menyebabkan perut kembung karena di bagianbelakang tubuh terdapat titik-titik syaraf yang berhubungan dengan organ bagian dalam. Jika titik-titik itu kena rangsangan, organdalam ikut kena.

Kerokan merupakan salah satu usaha untuk menyeimbangkan suhu tubuh.
Guna menjelaskan pola keseimbangan itu, ada konsep dasar pengobatan Cina yang membagi tubuh jadi bagian tubuh panas (disebut yang) dan bagian tubuh dingin (yin).

Bagian yang meliputi kepala serta tubuh bagian belakang. Sementarayin terdapat pada tubuh bagian depan. Menurut konsep yin yang, orang terbilang sehat bila yin dan yang-nya dalam keadaan seimbang. Kalau tidak seimbang, akibatnya ya sakit. Yang terlalu tinggi, yin rendah, ya sakit juga.

Dalam hal masuk angin, penurunan suhu tubuh menyebabkan pembuluh darah di kulit tubuh bagian belakang mengalami penyempitan (konstriksi) . Pembuluh darah kulit yang mengalami konstriksi memberi reaksi dingin. Konstriksi itu merupakan efek kompensasi. Saat suhu tubuh bagian belakang menurun, otomatis pembuluh darah kulit berkonstriksi agar seluruh tubuh tidak dingin.

Konstriksi itu bisa mengakibatkan oksigenasi pada permukaan tubuh (terutama bagian belakang) jadi turun atau berkurang, sekujur badan terasa sakit. Selanjutnya, muncul gejala bersin. Nah, tindakan kerokan bisa mengubah suhu tubuh jadi seimbang kembali.

**

DASAR pengobatan tradisional bersumber pada penyeimbangan empat pola penyakit yakni kuat, lemah, panas, dan dingin. Prinsip penyembuhannya adalah mengembalikan energi tubuh ke posisi seimbang.
Kalau terlalu kuat dilemahan, yang lemah dikuatkan, kelewat panas didinginkan, terlalu dingin dipanaskan. Sehat itu adalah kondisi energi yang seimbang.

Demikian pula yang terjadi pada masuk angin. Guna menyembuhkannya, tubuh harus mengembalikan keseimbangan yang dan yin, salah satu caranya dengan menaikkan suhu lewat kerokan. Mengurangi yin, memang bisa jadi seimbang, namun tidak berada pada posisi normal.

Upaya peningkatan suhu di bagian belakang tubuh bisa berpedoman pada hukum Einstein (E=mC2). Energi atau panas dihasilkan dari gesekan dua benda. Kalau permukaan kulit dikerok, suhu tubuh pun akan meningkat. Panas yang cukup tinggi berefek melebarkan pembuluh darah dalam kulit. Otomatis, peredaran darah jadi lancar dan oksigenasi lebih baik sehingga rasa sakit di tubuh berkurang. Ujung-ujungnya, timbul pula reaksi otonomik (sistem parasimpatik) . Saraf otonom pada bagian belakang tubuh jadi seimbang.

Jadi, kerokan merupakan upaya mengusir masuk angin dengan peningkatan panas, dan bukan mengeluarkan angin lewat pori-pori kulit. Bagi masyarakat awam, memang kerokan sering dipahami sebagai cara “mengeluarkan angin”. Padahal, angin atau udara tak pernah keluar lewat pori-pori melainkan hanya bisa masuk atau keluar lewat organ pernapasan dan pencernaan.

Masuk angin gara-gara gempuran angin dingin AC tak perlu diobati. Cukup berpindah posisi atau mematikan AC, pegalnya akan sembuh.
Sedangkan masuk angin kronis tidak sekadar di bawah kulit, tapi sudah sampai ke dalam otot. Jadi, perlu pemanasan dalam sampai kedalaman 3-4 cm di bawah kulit, dan itu tak mungkin dicapai dengan kerokan.

Cara kerokan paling efektif adalah “menggarap” daerah belakang tubuh, kepala atau leher. Pola umum kerokan biasanya membentuk garis-garis lurus dari atas ke bawah dan miring di sisi kiri kanan ruas-ruang tulang belakang ataupun pada leher bagian belakang. Itu bukannya tanpa alasan. Pada tubuh kita terdapat sekira 360 titik akupunktur utama yang berhubungan dengan organ penting. Begitu pun pada tubuh bagian belakang, terdapat titik-titik yang berhubungan dengan organ dalam tubuh (organ viscera).

Dengan pola kerokan yang benar, yakni ditarik lurus ke bawah di sisi kiri kanan ruas tulang belakang, kemudian digeser condong ke arah kiri dan kanan, reaksi optimal dapat dicapai. Gosokan-gosokan itu
mungkin secara tidak sengaja menekan titik-titik akupunktur tertentu di tubuh bagian belakang.

Namun, perlu dipertimbangkan bahwa tiap orang memiliki kepekaan kulit dan daya tahan terhadap rasa sakit yang berbeda-beda, ada yang terbiasa dikerok sedikit, tapi tak jarang ada yang suka dikerok dalam-dalam sampai merah padam. Sebenarnya, tak ada aturan hasil kerokan harus sampai merah darah.

**

SAMPAI saat ini belum ditemukan efek samping kerokan. Yang jelas, cara ini bisa menimbulkan ketagihan. Kalau jaringan kulit dikerok, akan timbul reaksi jaringan. Bisa reaksi lokal, atau yang bersifat neural (saraf). Reaksi lokal terlihat langsung, misalnya warna merahnya kulit. Kerokan dengan intensitas kuat dan frekuensi rendah mengenai titik-titik saraf yang berhubungan dengan otak sehingga organ ini menyekresikan hormon endomorfin (B-endorfin, dinorfin, dan enkepalin).

B-endorfin menimbulkan rasa nyaman karena ia berfungsi mengendalikan rasa nyeri. Adanya zat-zat itu dalam darah menyebabkan penderita merasa lebih bugar. B-endorfin juga merangsang organ viscera, terutama paru-paru dan jantung, sehingga penderita bisa bernapas lebih lega, serta peredaran darahnya jadi lebih baik.

Kemungkinan, penyebab ketagihan pada kerokan adalah zat morfin (endorfin). Padahal, tujuan tubuh mengeluarkan zat morfin hanya untuk reaksi lokal. Karena kebiasaan, penderita pun jadi ketagihan.
Nah, masih ingin bertahan dengan cara tradisional ini? Kalau begitu, kerok saja!

Kerokan adalah sebuah terapi penyembuhan dengan metode menggaruk sembari menekan bagian tubuh terutama permukaan kulit menggunakan benda tumpul seperti uang logam.

Di Indonesia terutama dalam budaya Jawa, kerokan sudah lama dikenal. Tapi jangan salah, ternyata kerokan sudah ada sejak beratus-ratus tahun lalu dan bukan monopoli orang Jawa saja. Kerokan juga dikenal di Vietnam, Kamboja, hingga China.

Bagaimana cara kerja kerokan?

Untuk menyembuhkan masuk angin biasanya melakukan kerokan. Tujuannya agar anginnya keluar. Padahal penyebab penyakit seperti demam, pegal-pegal bukanlah angin yang masuk ke dalam tubuh. Melainkan karena infeksi suatu virus. Bagaimana sebenarnya cara kerja kerokan?

Sebetulnya proses terapi kerokan cukup sederhana, yakni membuat suatu reaksi inflamasi atau radang yang mengakibatkan melebarnya pembuluh darah. Nah, dengan dikerok, terjadilah pelebaran pembuluh darah yang akan melancarkan aliran darah. Jika aliran darah lancar maka lebih banyak oksigen dan nutrisi masuk untuk jaringan otot.

Kerokan menyebabkan rasa sakit dan luka

Jika dikerok begitu saja tanpa pelumas tentu menyebabkan rasa sakit di permukaan kulit bahkan hingga luka. Namun ini kan bisa diakali dengan memberi minyak atau pelumas sehingga rasa sakit berkurang. Lagipula jika diakukan dengan cara yang tepat, misalnya melewati titik akupunktur yamng merangsang saraf motorik. Kerokan tidaklah sakit seperti yang dibayangkan. Jangan kerokan di permukaan kulit yang luka atau iritasi, tindakan ini justru membuat infeksi permukaan kulit. Kerokan juga jangan dilakukan pada anak kecil karena kulitnya masih tipis dan lunak, selain itu pembuluh darahnya masih kecil.

Kerokan hanya ada di Indonesia

Fakta: Hal ini tidak benar. Kerokan merupakan suatu pengobatan alternatif yang dikenal sejak ratusan tahun lalu di negara-negara Asia. Masyarakat Vietnam menyebut pengobatan ini cao gio, di Kamboja dijuluki goh kyol (rubbing the wind), dan di China dikenal sebagai gua sua (menggunakan batu jade sebagai pengerok).

Kerokan dapat mengeluarkan angin dari dalam tubuh

Fakta: Istilah masuk angin bisa merupakan gejala awal common cold atau penyakit infeksi lainnya. Orang awam sering beranggapan angin tersebut harus dikeluarkan dari dalam tubuh, antara lain dengan kerokan. Hal ini tidak tepat karena memang bukan angin yang menyebabkan rasa tidak enak badan, demam, pegal-pegal, sakit kepala, atau batuk pilek.

Lalu bagaimana sebenarnya cara kerja kerokan ini? Pada proses kerokan, terjadi suatu reaksi inflamasi atau radang. Akibatnya terjadi pelebaran pembuluh darah dan pengeluaran mediator inflamasi. Aliran darah menjadi lancar jika dikerok atau dipijat sehingga lebih banyak oksigen
dan nutrisi yang tersedia untuk jaringan otot. Zat-zat yang menyebabkan rasa pegal dapat segera dibawa aliran darah untuk dibuang atau dinetralkan. Selain itu, juga terjadi rangsangan pada keratinosit dan endotel (lapisan paling dalam pembuluh darah) yang akan bereaksi dengan munculnya propiomelanokortin (POMC). Zat ini merupakan polipeptida yang kemudian akan dipecah dengan hasil akhir salah satunya adalah beta endorfin.

Pasca kerokan didapatkan peningkatan IL-1 beta, Clq, dan beta endorfin, sementara kadar C3 dan PGE2 justru turun. Penyebab rasa nyeri adalah PGE2 sehingga jika kadar PGE2 diturunkan maka nyeri akan berkurang. Hasil ini menyebabkan berkurangnya nyeri otot, badan terasa segar
dan nyaman. Inflamasi yang ditimbulkan selain meredakan nyeri otot juga akan memicu reaksi kardiovaskuler. Tandanya adalah peningkatan temperatur tubuh secara ringan, antara 0,5-1oC. Makanya setelah dikerok, badan kita terasa lebih
hangat.

Kerokan menyebabkan rasa nyeri dan iritasi kulit

Fakta: Kerokan yang dilakukan dengan benar tidak akan menyebabkan rasa sakit. Para ahli akupunktur berpendapat bahwa saat terjadi pemijatan, sebaiknya alat kerok melewati titik
akupunktur agar urat saraf motorik terangsang, sehingga pada akhirnya memperlancar sirkulasi darah. Cara kerokan yang dianjurkan adalah tegak lurus sejajar dengan tulang belakang menyamping, lalu sejajar dengan bahu. Alat kerokan biasanya menggunakan uang logam, koin, atau alat bantu khusus kerokan.
Alat-alat tersebut wajib tumpul supaya tidak melukai kulit. Lalu dibantu dengan minyak yang fungsinya selain menghangatkan juga untuk melicinkan proses kerokan, sehingga menghindari terjadinya kulit lecet. Cara mengerok juga tidak boleh terlalu keras karena akan menimbulkan rasa tidak nyaman dan bisa melukai kulit.

Semua orang boleh melakukan kerokan

Fakta: Tidak sepenuhnya
benar karena terdapat beberapa kondisi di mana seseorang dianjurkan tidak melakukan kerokan, antara lain orang dengan kondisi kulit tidak sehat (misalnya eksim, kulit terbakar, jerawat, infeksi bakteri atau jamur). Kerokan pada daerah tersebut justru akan memperparah infeksi atau peradangan. Penderita diabetes mellitus juga sebaiknya menghindari kerokan. Alasannya, bila terjadi luka atau lecet, luka tersebut bisa menjadi sulit disembuhkan. Pasien yang mengkonsumsi antikoagulan atau memiliki gangguan pembekuan darah sebaiknya juga tidak melakukan kerokan. Pengerokan yang terlalu dalam dapat mengakibatkan perdarahan di bawah kulit. Kerokan juga sebaiknya tidak dilakukan pada anak kecil karena kulitnya masih tipis dan lunak, dan pembuluh darahnya lebih kecil.

Sehabis kerokan, dianjurkan untuk mandi

Fakta: Hal ini tidak dianjurkan. Sehabis kerokan sebaiknya tidak mandi karena pori-pori kulit dalam kondisi terbuka. Lebih baik seka dengan lap basah yang dicelupkan pada air hangat lalu diperas. Badan akan terasa lebih nyaman jika Anda minum sesuatu yang hangat, makan sup hangat,
dan memakai baju hangat/selimut.

Kerokan boleh-boleh saja dilakukan bila Anda merasa tidak enak badan, namun jangan terlena, jika gejala tak juga mereda sebaiknya konsultasikan dengan dokter.

Ini adalah blog versi lama heldi.net , untuk upate bira pengadaan treabaru Silakan kunjungi blog terbaru di www.heldi.net
Share
Blog ini adalah versi lama dari heldi.net, silahkan kunjungi Blog baru di www.heldi.net