Apa Kabar Proyek Perubahan
December 2, 2014 by heldi
Artikel ini ada pada kategori Pengadaan - Curhat PNS online
Tadinya saya tidak akan menuliskan curhatan ini menjadi sebuah postingan di blog curhat ini, namun mungkin sudah suatu penyakit seorang blogger, kalau sudah ada inspirasi, kalau ada yang mengganjal dalam hati dan pikiran ini, maka kata demi kata akan terangkai secara otomatis… mengalir dan merasuk dalam otak ini seperti membludak di kepala ini untuk ditumpahkan ke dalam sebuah tulisan di blog. Kalau tidak dituangkan maka gerombolan kata kata dan kalimat kalimat tersebut akan terus akan terus menggelayut di dalam pikiran ini meminta dan menunggu tersalurkan.
Ada dua motivasi utama yang membuat hati dan pikiran ini on fire untuk membuat tulisan yang berjudul apa kabar proyek perubahan adalah:
1. Ketika makan pagi di asrama dan makan pagi dengan menu hanya nasi, tahu goreng dan mie goreng, sontak saja saya merasa sedikit atau mungkin banyak kecewa dengan menu pagi tersebut, kenapa kecewa padahal selama berbulan bulan menjalani diklat pim ini saya tidak terlalu bermasalah terhadap menu makanan yang ada, meskipun beberapa teman ada yang mengeluh, tapi kalau saya sih fine fine aja, karena memang pada dasarnya saya ini manusia pemakan apa saja selama itu adalah “makanan”, yang penting tidak telat makan dan tidak sedikit itu sajah! Namun ketika mau ujian proyek perubahan diberi menu hanya nasi mie dan tahu, mau ujian dengan menu yang nota bene gizi nya hampir dibilang mengandung protein yang sedikit sekali…. Hadeuh… Bagaimana mau fokus berfikir ketika ujian kalau makanannya kebanyakan karbohidrat….
2. Asalnya masalah makanan ini terlupakan setelah kelelahan mengikuti ujian proyek perubahan, namun hal ini “kasuat suat” lagi ketika mendengarkan sambutan atau pidato penutupan dari salah seorang pejabat, saya lupa siapa namanya yang jelas penampilannya seperti menteri dalam negeri kita sekarang (Tjahjo Kumolo). Dua hal yang menjadi hal sangat penting bagi saya pribadi ketika mendengarkan kata penutupan dari beliau adalah, ketika membahas tentang tanggapan beliau terhadap masukan peserta yaitu
– makanan yang menu nya beberapa kali mendapat komplain oleh peserta dan
– materi yang dirasa bertele-tele ini masukan dari peserta juga dari laporan ketua panitia ketika sambutan ketua panitia.
Tanggapan beliau adalah, bahwa masukan tentang makanan adalah hal yang tidak mungkin untuk diperbaiki karena beliau merasa dalam setiap atau banyak pelatihan ternayta hal makanan selalu menjadi keluhan para peserta, dan jawabannya adalah bahwa memang ada beberapa hal yang sangat sulit atau tidak mungkin, menurut beliau tidak mungkin untuk 38 orang harus membuat 38 menu berbeda (tidak begitu juga kali pa…), saya lupa kata katanya intinya beliau tidak memberikan solusi untuk melakukan perubahan terhadap masalah makanan ini, so inikan diklat tentang perubahan, tapi kok tidak ada semangat untuk melakukan perubahan terhadap masalah makanan ini, hanya mencari alasan bahwa hal ini adalah hal yang biasa terjadi…
Kemudian tentang materi bertele tele akibat beberapa widyaiswara yang kurang berkualitas, beliau malah menjawab nya dengan jawaban yang pada intinya, sekarang saja dengan pola baru terasa bertele tele dan lama, apalagi kalau dibandingkan dengan jaman dulu, model diklat pim yang lama, tentunya akan terasa lebih bertele tele dan lenih lama lagi tentunya… Begitu kurang lebih inti dari jawabannya…
Padahal solusi tentang masalah katering ya tentunya ada pada masalah pengadaannya, kalau ppk bisa benar benar membuat spesifikasi teknis katering yang benar itu bagaimana, dan ulp nya juga bisa melakukan pemilihan penyedia terhadap penyedia yang bagus, tentunya tidak akan ada masalah dengan katering ini. Terus kalau materi yang bertele tele, inti permasalahannya ada di kualitas widyaiswara yang harus ditingkatkan.
Nah jawaban terhadap masukan peserta yang disampaikan via sambutan ketua panitia penyelenggara ini yang membuat saya tersengat… Kok begini ya? Ada sesuatu yang salah ini… Kemudian ketika upacara akan berakhir, ada kenang kenangan dari peserta diklat pim yang disampaikan oleh ketua kelas, berupa kulkas dan printer.. Walah ini gratipikasi kata teman di sebelah saya yang sama sama dari lkpp, tidak beleh ini semestanya… Institusi penyelenggara tidak membutuhkan barang barang ini… Bukan kata saya ini ya, ini kata teman saya loh… Ya tapi kalau saya sebelumnya dimintakan pendapat, pasti saya juga akan mengatakan hal yang sama sih. Kalau pun itu sekedar ucapan terima kasih dan mudah mudahan bisa berguna bagi teman teman PNS (Pegawai Negeri Sipil) lainnya yang akan mengikuti pelatihan, apakah memang sudah seharusnya dan sepantasnya memberikan hal ini, atau apakah pemberian hadiah ini malah bisa dijadikan proyek perubahan?!
Nah hal hal tersebutlah yang membuat kumatnya penyakit seorang bogger… selama perjalanan ke makassar dan bali kemarin, dalam otak ini sudah tersusun kata demi kata untuk tulisan yag berjudul “Apa Kabar Proyek Perubahan?!”. Dan kenapa saya menuliskan hal ini penting? Karena saya membayangkan kalau di institusi biang nya pelatihan saja sudah seperti ini kejadiannya, bagaimana nanti para pns yang baru diterima ketika mengikuti diklat pim sejenis? kemudian bagaimana kualitas diklat pim di daerah, “Biangnya” saja kurang mantap dalam melakukan perubahan? Bagaimana yang oplosannya?
So kapan bisa negara ini bisa majunya kalau pns nya tidak di reformasi? Kalau pns nya tidak melakukan perubahan? Yang mana diklat pim model baru ini lah yang menjadi salah satu kunci perubahan dalam dunia PNS ini.
Secara umum program proyek perubahan merupakan terobosan program yang sangat baik sekali dan sangat luar biasa terobosannya. Tinggal disempurnakan dalam proses pelaksanaannnya. Namun nampaknya dalam pelaksanaannya yang saya ikuti nampaknya masih banyak sekali kekurangan yang harus dilakukan perubahan dan perbaikan.
Kemudian beberapa hal lain dalam pelaksanaan diklat pim yang menjadi kontropersi dalam pribadi saya adalah:
1. Penilaian laporan akhir dan/atau proposal proyek perubahan.
Hal ini tidak terkait dengan nilai yang diperoleh saya yaitu hanya memuaskan saja, bukan sangat memuaskan, atau bukan menjadi 5 besar proyek perubahan, atau mungkin juga terkait sih, (karena memang semalaman sampai dini hari saya tinggu sms/telepon dari panitia, kalau kalau saya jadi juaranya hehehe…) dan memang dalam hati yang paling dalam ada juga harapan besar untuk memperoleh hasil yang terbaik dalam penilaian proyek perubahan ini. Namun saja juga mengakui bahwa laporan akhir proyek perubahan saya tidak ditulis dengan maksimal, meskipun presentasinya sudah cukup lengkap, namun laporannya memang sangat minimalis (meskipun saya punya alasan untuk hal tersebut). Namun semua tahu lah siapa juaranya…. Lagu kali ya… 🙂 Yang juaranya ya yang membuat banner dan maju ke depan inilah, yang tentunya bukan saya ya… ?
Namun yang menjadi kontropersi hati adalah, kok bisa nilai saya bisa sama memuaskan dengan peserta yang dianggap icon “jangkar” dari peserta dengan istilah “kalau dia lulus maka semuanya pasti lulus” saya kira bisa ditangkap apa maksudnya dan tidak perlu dijelaskan lagi ya. Nah ternyata hasilnya adalah nilai beliau bahkan bisa melebihi dari nilai teman teman lainnya. Padahalnya lagi, pagi harinya beliau meminta tolong saya untuk meng copy data excel ke powerpoint, dan presentasinya belum di buat. Dari sikap keseharian ketika mengikuti diklat pun ya kalau mau diinpestigasi silahkan lah…. Pasti semuanya sudah pada tahu, tapi nilainya sama memuaskannya bahkan lebih dengan yang sudah bersusah payah usahanya melebihi beliau ini… Plus cerita lainnya tentang beliau ini ada juga… Tapi ya sudahlah….
2. Dari kontropersi hati point 1, selanjutnya ada penilaian bahwa semua ini bergantung pada coach nya, jadi tidak ada standar coach yang baik dan benar itu bagaimana. Ada coach yang memang benar benar memberikan penilaian tinggi kepada peserta, ada yang asal aman saja tanpa sunggu sungguh menilai apa isi proyek perubahannya, dan tanpa benar benar memberikan masukan bagaiaman sih laporan yang benar itu. Bahkan ada coach yang titik titik lah… Sangat tidak etis juga kalau dituliskan disini, hal ini baru saya ketahui dari satu peserta ketika sama sama pulang se taksi dari kampus… Nanti lah kalau saya dipanggil untuk inpestigasi oleh kepala lembaga atau menteri pan rb, bolehlah saya ungkapkan apa yang terjadi… Tapi kalau saya hanya dipanggil pa kabid, atau pa bambang, atau bu kapus mah, saya tidak mau dipanggil… Karena mohon maap nama saya heldi, bukan bambang, bukan kabid apalagi dipanggil bu kapus… Mohon maap ya saya bukan ibu ibu.. 🙂
3. Ketiga kembali ke coach lagi, selama saya berada di kantor untuk melaksanakan proyek perubahan, saya tidak tahu sebenarnya bagaimana sih laporan yang harus dibuat. Terakhir dibekali oleh widyaiswara nya dengan istilah kalau diberikan formatnya suka ada yang bertanya boleh format lainnya tidak? Dan kalau tidak ada format standarnya, nati ditanyakan format bakunya?! Nah kan jadi bingung? Bagaimana format standarnya? Kan ada coach? Saya kirim ke couch, sudah cukup bagus…. Itu jawabannya… Katanya sih kalau couch yang lain ada yang benar benar teliti sampai kedalaman laporan di obrak abrik… katanya sih…
4. Penilaian originalitas dari proyek perubahan.
Saya merasa jengah ketika mendapati beberapa judul proyek perubahan baik yang dijalani sekarang dengan angkatan sebelumnya. Apakah memang ini memang benar benar asli inopasi sendiri asli ide sendiri, atau ini sebenarnya merupakan program dari satker nya, yang mungkin pada tahun ini belum dilaksanakan tetapi memang akan dilakukan pada tahun ke depan? Apa mungkin bisa melakukan hal sebesar itu? Nah harusnya ketika perencanaan proyek perubahan dan pelaksanaan proyek perubahan, ada inpestigasi dan benar benar di nilai, apakah ini memang benar benar inpasi sendiri atau hanya sekedar menumpang dari pekerjaan yang akan dilaksanakan? Atau memang tupoksinya juga? Ya kan teorinya silahkan saja hal tersebut bisa bisa saja, namun harus jelas dimana hal yag belum ada menjadi ada, mana yang lambat jadi cepat? Mana yang jelek jadi baik? Begitu kan konsep proyek perubahan itu? Bukan hanya sekedar membuat hal yang memang akan di ada kan, bukan hanya melaksanakan hal yang sudah menjadi tupoksinya, bukan hanya mengada ada saja kan?
5. Transparansi Penilaian
Biasanya kalau kantor menyelenggarakan pelatihan, maka mulai dari nilai pre test dan post test, siapa peserta teraktif, siapa peserta paporit dan nilai akhir dari keseluruhan penyelenggaraan pelatihan selalu diumumkan secara terbuka, baik ditempel di ruangan pelatihan atau melalui website kalau yang mebutuhkan waktu lama penilaiannya. Nah dalam diklat pim ini katanya sih keaktifan peserta juga akan dinilai, kehadiran dan sikap peserta juga kan dinilai, tapi mana ya nilainya? Apakah benar benar ada penilaian atau tidak? Karena seringkali saya curi curi lihat ke belakang (meja piket) kok panitia tidak memperhatikan dan menuliskan siapa yang bertanya atau yang aktif di kelas, oh iya katanya ada CCTV (kamera pengawas) di kelas, ya selanjutnya bagaimana nasib penilaiannya. Nah nilai yang di sertifikat itu apakah hanya nilai laporan proyek perubahan? Atau sudah gabungan nilai yang lainnya juga? Kalau gabungan, berapa nilai proposal nya? Berapa nilai kehadiran? Berapa nilai sikap? Berapa nilai keaktipan di kelas? Berapa nilai hasil diskusi materi? Kemudian berapa pembobotannya? Nah kalau memang seperti itu maka sebaiknya munculkan nilainya di sertifikat, atau intinya ada transparansi penilaian nya. Sehingga tidak ada pertanyaan seperti nomor satu tadi, oh ternyata memang pantas peserta tersebut memperoleh nilai jelak, wong sehari harinya suka telat, dalam diskusi tidak aktif, beberapa kali tidak masuk acara (meskipun ada jatah ijin), proyek perubahannya sangat sederhana sekali, presentasinya jelek, dsb… pantas gitu loh 🙂
Oke over all sementara demikian dulu, nanti kalau kurang ditambah lagi. Mohon maaf sebelumnya bila ada yang tersinggung atau membuat tidak enak hati, tulisan ini semata mata keperdulian saya kepada dunia pns yang harus segera melakukan revolusi mental, yang salah caranya adalah dengan mengikuti diklat PIM model baru ini… Itu saja… Dan sekali lagi tulisan ini bukan karena “sirik, pidik, iri dan dengki” untuk menggugat para juara yang membuat banner, karena memang tentunya para juara sudah sangat serius dalam membuat Proyek Perubahannya. Bukan untuk menggugat nilai saya, karena memang saya mengakui masih banyak kekurangannya dalam proyek perubahannya. Oke just for fun, just for Change, no heart feeling, just for PNS Indonesia!
Sedikit tambahan saja.
Materi secara umum sudah sangat baik sekali,
– banyak inspirasi motovasi yang muncul setelah mengikuti beragam materi yang disajikan
– materi berfokus pada modal dasar perubahan dan kebangsaan tanpa banyak melebar ke materi materi administratif lainnya. Sehingga benar benar fokus ke revolusi mental PNS.
– narasumber narasumber yang berkelas dari luar, sangat inspiratif dan motivatif
Perbaikan
– pemanfaatan waktu agar lebih efektif dan efisien dalam penyampaian materi dan diskusi.
– terlalu banyak diskusi, kalau harus berdiskusi, diperjelas sop nya bagaimana dan ada solusi atau kesimpulan hasil dari diskusi.
– butuh widyaiswara yang lebih menguasai materi bahan ajar
– penyusunan kurikulum dan sap yang lebih terarah, sehingga penggunaan film pendek atau metode metode pembelajaran lainnya dapat signifikan membantu pemahaman materi yang disampaikan.